Prosedur Pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Dari Segi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Berbicara mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan bagi kepala SD dan SLTP, terkadang melahirkan beberapa perasaan, yaitu senang, bahagia, khawatir, bahkan takut.

Mengapa 2 perasaan yang amat bertentangan ini dapat berkumpul menjadi satu ? Karena bagi sebagian kepala sekolah, DAK adalah anugerah namun juga bisa berubah menjadi musibah.

DAK bidang pendidikan, yang fungsinya menurut aturan pemerintah bertujuan untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun di beberapa daerah menjadi ladang pemasukan atau bahkan menjadi “ATM” pihak-pihak tertentu.

Jumlah bantuan yang bernilai ratusan juta, dan secara nasional berjumlah 9 (sembilan) triliun, merupakan godaan yang amat besar bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya.

Yang menjadi permasalahan, DAK ini disalurkan dari pusat ke daerah dengan tujuan akhir ke satuan pendidikan, yaitu sekolah. Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab administratif tertinggi pada satuan pendidikan tersebut merupakan penanggung jawab terakhir penggunaan DAK. Namun, karena posisi mereka yang paling terakhir inilah yang terkadang melahirkan “musibah” bagi mereka. Karena oleh pihak-pihak tertentu yang sebagian besar di atas mereka, DAK dipermainkan sekehendak hati dengan tanggung jawab penuh berada di pundak kepala sekolah.

Hal tersebut baru satu sisi dari permasalahan yang terjadi pada program DAK bidang pendidikan lain. Sisi yang lain, coba anda tanyakan kepada siapa saja yang bersentuhan dengan program DAK, baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, bahkan tingkat sekolah, bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan dana ini di tingkat satuan pendidikan ? Apakah pembelanjaan harus dilaksanakan secara penunjukan langsung, pemilihan langsung, atau bahkan pelelangan umum ?

Banyak diantara yang pernah saya tanya secara langsung juga bingung dengan jawabannya. Sebagian besar menjawab dengan “sesuaikan dengan juklak” atau “sesuai Keppres No. 80”, atau “namanya juga swakelola, jadi dilaksanakan secara swakelola.”

Sewaktu saya mengejar dengan beberapa pertanyaan lanjutan mengenai prinsip-prinsip swakelola, sebagian besar masih belum paham terhadap hal tersebut.

Akhirnya, masih tersisa sebuah pertanyaan besar, yaitu “Apakah pemanfaatan DAK bidang pendidikan harus dilaksanakan melalui tata cara pengadaan yang membutuhkan penyedia barang/jasa atau menggunakan prosedur pembelian langsung ?”

Pada tulisan kali ini, saya mencoba untuk menyampaikan pendapat saya dalam bidang tersebut.

Dasar Hukum

Ada beberapa dasar hukum terhadap program DAK bidang pendidikan ini, dan dasar hukum inilah yang menjadi pokok perhatian utama untuk menjawab pertanyaan di atas.

  1. Dasar hukum pertama adalah Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
    • Pasal 49 ayat (3), menentukan: “Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
    • Pasal 53 ayat (3) menyatakan bahwa penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang berbentuk badan hukum pendidikan berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.
  2. Dasar hukum kedua adalah Undang-Undang (UU) No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan.
    • Pasal 4 ayat (1), menentukan: “Pengelolaan dana secara mandiri oleh badan hukum pendidikan didasarkan pada prinsip nirlaba, yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya tidak mencari laba, sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan badan hukum pendidikan, harus ditanamkan kembali di dalam badan hukum pendidikan untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan pendidikan.”
    • Pasal 40 ayat (5), menentukan: “Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang disalurkan dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk Badan Hukum Pendidikan diterima dan dikelola oleh pemimpin organ pengelola pendidikan.
  3. Dasar hukum ketiga adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
    • Pasal 83 ayat (1) menentukan: “Dana pendidikan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah diberikan kepada satuan pendidikan dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
  4. Dasar hukum keempat adalah Keputusan Presiden (Keppres) No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
    • Pasal 39 ayat (2), menentukan: “Swakelola dapat dilaksanakan oleh: a. Pengguna barang/jasa; b. Instansi pemerintah lain; c. Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.”
    • Lampiran I Bab. III, A, 2, c, menentukan: “Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah.”
  5. Dasar hukum kelima adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah
    • Pasal 33 ayat (1) menentukan: “DAK Bidang Pendidikan dialokasikan melalui mekanisme belanja hibah pada sekolah.”
    • Pasal 33 ayat (6) menentukan: “Kepala Sekolah selaku penerima hibah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Pendidikan dan realisasi keuangan di satuan sekolah yang dipimpinnya.”
    • Pasal 33 ayat (7) menentukan: Pelaksanaan program kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan secara swakelola oleh sekolah selaku penerima hibah dengan melibatkan komite sekolah.”
  6. Dasar hukum keenam adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 5 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2010
    • Pasal 3 menentukan: “DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2010 diarahkan untuk pembangunan ruang/gedung perpustakaan SD/SDLB dan SMP, pengadaan meubelair perpustakaan SD/SDLB dan SMP, penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan SD/SDLB dan SMP, pembangunan ruang kelas baru (RKB) SMP, dan rehabilitasi ruang kelas (RRK) SMP.
    • Lampiran 1, II, C, 7 menentukan: “DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2010 diberikan secara langsung dalam bentuk hibah kepada satuan pendidikan (SD/SDLB dan SMP) dan dilaksanakan secara swakelola, dengan melibatkan Komite Sekolah dan partisipasi masyarakat di sekitar sekolah sebagai bagian integral dari sistem manajemen berbasis sekolah (MBS).
  7. Dasar hukum ketujuh adalah Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) No. 698/C/KU/2010 perihal Tata Cara Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2010.

Nah dari semua dasar hukum ini, bagaimana proses DAK Bidang Pendidikan ini, khususnya bila ditinjau dari segi pengadaan barang/jasa pemerintah ?

Prosedur Pengadaan pada DAK

Saya secara pribadi sudah beberapa kali bertanya kepada berbagai pihak mengenai DAK Bidang Pendidikan, khususnya dalam kaitan pengadaan barang/jasa. Namun, sebagian besar jawaban yang diberikan bersifat ragu-ragu, apalagi jika dikejar lebih jauh sampai ke tataran teknis.

Namun, dari sekian banyak jawaban yang diberikan, ada beberapa hal yang merupakan pendapat umum di lapangan. Yaitu:

  • DAK bidang pendidikan itu adalah blockgrant yang diberikan kepada sekolah, dan pelaksanaannya harus lelang;
  • DAK dilaksanakan dengan cara swakelola namun apabila ada tahapan yang membutuhkan penyedia barang/jasa, harus dilaksanakan sesuai Keppres 80.
  • Sekolah tidak boleh menunjuk perusahaan tertentu untuk mengerjakan pekerjaan yang dibiayai dari DAK bidang pendidikan
  • Sekolah tidak boleh belanja langsung untuk membeli kebutuhan yang dipersyaratkan di dalam juknis DAK

Apakah semua pendapat itu benar ? Mari kita coba kupas satu persatu berdasarkan hukum yang telah disebutkan di atas.

  1. DAK bidang pendidikan adalah HIBAH yang diberikan kepada sekolah (UU No. 20 Tahun 2003, UU No. 9 Tahun 2009, dan PP No. 48 Tahun 2008)
  2. Sekolah berhak untuk mengelola dana hibah secara MANDIRI sesuai dengan aturan pemberi hibah (UU No. 20 tahun 2003 dan Permendagri No 20 Tahun 2009)
  3. Pengelolaan dana hibah dilaksanakan secara SWAKELOLA (UU No. 20 Tahun 2003, Keppres No. 80 Tahun 2003, Permendagri No. 20 Tahun 2009, dan Permendiknas No. 5 Tahun 2010)

Nah, apa makna dari Swakelola itu ?

Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri (Keppres No. 80 tahun 2003 Pasal 39 Ayat 1)”

Apakah Swakelola harus menggunakan metode pengadaan sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003, yaitu lelang/seleksi umum, lelang/seleksi terbatas, pemilihan/seleksi langsung, atau penunjukan langsung ?

Disinilah sering terjadi salah kaprah terhadap swakelola. Banyak yang beranggapan bahwa semua swakelola itu hanya dalam proses pekerjaannya saja, sedangkan apabila ada proses pengadaan di dalamnya, maka harus kembali kepada aturan-aturan pengadaan.

Yang harus diperhatikan baik-baik adalah, swakelola itu terdiri atas 3 jenis, yaitu:

  1. Swakelola oleh pengguna barang/jasa
  2. Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana
  3. Swakelola oleh penerima hibah

Setiap jenis swakelola mengambarkan institusi penyelenggara.

Swakelola oleh pengguna barang/jasa adalah swakelola yang dilaksanakan oleh pemilik anggaran, seperti Dinas Pendidikan, Universitas, LPMP, dan lain-lain. Sedangkan swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana adalah swakelola yang dilaksanakan bukan oleh pemilik anggaran. Contohnya adalah institusi negeri yang menerima bantuan dana melalui APBN.

Swakelola oleh penerima hibah adalah swakelola yang dilaksanakan oleh institusi non pemerintah yang memperoleh anggaran dari APBN/APBD.

Pengertian lebih detail dapat dibaca pada Lampiran 1 Keppres No. 80 Tahun 2003 Bab III, A, 2, a sampai c.

Kalau begitu, bagaimana posisi DAK Bidang Pendidikan ini ?

Melihat dasar hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa DAK Bidang Pendidikan masuk pada 2 pengertian Swakelola, yaitu swakelola jenis ke 2 dan swakelola jenis ke 3 berdasarkan penerimanya.

  1. Penerima DAK Bidang Pendidikan yang berupa institusi negeri, seperti SD/SDLB dan SMP Negeri Swakelola oleh pengguna barang/jasa dan swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana harus menggunakan metode pengadaan sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003 apabila di dalam proses swakelola terdapat pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan oleh panitia.

    Namun, yang menjadi kendala adalah pada proses pengadaan harus dilaksanakan oleh panitia/pejabat pengadaan, sedangkan sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003 Pasal 10 Ayat (4) butir (f), bahwa salah satu persyaratan panitia/pejabat pengadaan adalah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Patut diketahui, penerima DAK bidang pendidikan ini adalah sekolah yang sudah bisa dipastikan banyak yang belum memiliki tenaga bersertifikat pengadaan barang/ jasa.

    Jalan keluarnya, setelah berkonsultasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah bekerjasama dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang terletak di Kabupaten/Kota.

    ULP Kabupaten/Kota dapat melakukan pengadaan dengan 2 cara, yaitu dengan menyatukan seluruh pengadaan dalam satu paket dan distribusi kontrak serta hasil dilakukan per-lokasi, atau melakukan pengadaan berdasarkan lokasi. Artinya, bisa saja akan ada 2 jenis pengadaan, yaitu pengadaan bersama dan pengadaan per-sekolah yang semuanya dilakukan oleh ULP setempat.Karena pendanaan berada di Sekolah, maka yang menjadi PPK adalah pejabat pada sekolah tersebut. Kepala Sekolah adalah Pengguna Anggaran dan membuat SK penunjukan PPK yang akan menangani pengadaan barang/jasa di sekolah tersebut. PPK inilah yang akan menyetujui dokumen pengadaan serta menandatangani kontrak pengadaan (apabila ada) dengan penyedia barang/jasa. Walaupun pada Keppres No. 80 tahun 2003, PPK juga diwajibkan untuk bersertifikat ahli pengadaan barang/jasa, namun menurut Surat Edaran Kepala LKPP Nomor 02/SE/KA/2010 Tanggal 11 Maret 2010 disebutkan bahwa PPK yang berada di Propinsi dan Kabupaten diwajibkan memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pada tanggal 1 Januari 2012. Jadi, untuk tahun ini dan tahun depan masih dimungkinkan PPK belum bersertifikat pada lingkup propinsi dan kabupaten/kota.
    Ini memang merupakan sebuah pekerjaan rumah yang amat besar, utamanya mensosialisasikan proses pengadaan barang/jasa sesuai Keppres No. 80 Tahun 2003 kepada seluruh sekolah negeri di Indonesia.

  2. Penerima DAK Bidang Pendidikan yang berupa institusi masyarakat, seperti SD/SDLB dan SMP Swasta

    SD/SDLB dan SMP swasta termasuk ke dalam Swakelola jenis ke 3 yang menurut Lampiran I Keppres No 80 Tahun 2003 Bab III, A, 1, c adalah jenis swakelola yang proses pengadaan barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan, dilakukan sendiri oleh penerima hibah.

    Disini terlihat dengan jelas bahwa berapapun nilai pengadaannya, maka proses pengadaannya dilaksanakan sendiri oleh penerima hibah.Jadi, misalnya ada pengadaan buku, maka penerima hibah atau sekolah dapat datang langsung ke toko buku dan membeli buku-buku yang dibutuhkan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah dibuat oleh pemberi hibah. Proses pertanggungjawaban keuangan cukup dengan kuitansi yang dikeluarkan oleh toko buku yang selanjutnya dibuat dan dirangkum dalam bentuk laporan. Demikian juga dengan pengadaan lainnya.

    Tapi, bukan berarti penerima hibah bisa seenaknya membelanjakan dana yang diperoleh dari program DAK bidang pendidikan, karena sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2009, tanggung jawab berada di pundak kepala sekolah untuk membelanjakan dana sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.

    Juga dalam pelaksanaannya, sekolah wajib melibatkan komite sekolah dan masyarakat sekitar sekolah sesuai dengan Permendiknas No. 5 Tahun 2010.Jadi, tidak ada penunjukan langsung, pemilihan/seleksi langsung, pelelangan/seleksi umum dalam proses DAK bidang pendidikan di sekolah pada jenis swakelola ini. Tidak diperbolehkan menyerahkan pekerjaan kepada sebuah perusahaan atau institusi di luar sekolah, karena proses swakelola oleh penerima hibah harus dilaksanakan sendiri oleh penerima

Semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.

This entry was posted in Pengadaan Barang/Jasa and tagged , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

77 Responses to Prosedur Pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Dari Segi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

  1. @hendri, saat sudah ada Permendiknas No. 18 dan 19 Tahun 2010 yang mengubah Permendiknas No. 5 Tahun 2010.

    @Hendra, silakan berpartisipasi melalui prosedur pengadaan pak.

    @tangayong, siapa bermain air akan basah, dan siapa bermain api beresiko terbakar. Jadi, silakan saja yang mau korupsi, jerat hukum juga sudah menanti 🙂
    Jangan sampai karena takut dengan korupsi, kita tidak bisa membangun dunia pendidikan.

  2. anwar ebtadi says:

    Jika di swakelola DAK 2010..bagaimana dengan Permendiknas no 18 dan 19 pada ayat terakhir…??? dan jika merujuk pada permendiknas no 05 tahun 2010 ngak ada juknis…????

  3. olive says:

    sudah seharusnya, semestinya wajib…. bahwa pekerjaan dilaksanakan oleh ahli di bidangnya.

    Pada pelaksanaannya, DAK pendidikan dg cara swakelola sungguh sangat memprihatinkan. tidak hanya kerugian negara akan tetapi yag lebih berbahaya adalah perubahan pola pikir para pendidik kita berorientasi proyek. Tidak lagi konsentrasi tentang kualitas pendidikan. butuh waktu lama untuk mengembalikan pola pikir yg terlanjur rusak oleh kegiatan yg bernama SWAKELOLA. Didaerah…banyak guru yang mempersepsikan SWAKELOLA DAK adalah kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru….Walah???

    Bagaimana tidak?… cth. pengadaan buku, alat peraga. Semua orang tahu bahwa dari penerbit ke toko buku terdapat discount sebesar 40%. Lha ini dari sekolah langsung kepenerbit. 40% kali sekian paket DAK seluruh Indonesia….berapa kerugian negara????…. Rusak negeri ini. Guru & pendidik kongkalikong dengan Komite sekolah….merampok UANG NEGARA. Saya yakin kalau aparat penegak hukum serius menangani penyelewengan swakelola DAK…. Indonesia akan semakin kekurangan pendidik karena sebagaian besar dari mereka masuk penjara.

    Banyak persepsi orang bahwa swakelola lebih efisien?….mereka tidak pernah berfikir tentang PERTANGGUNG JAWABAN..misal apabila terjadi kegagalan konstruksi. selisih harga SWAKELOLA dg DI PIHAK KETIGAKAN cuma dikeuntungan pemborong sekitar 10% akan tetapi mereka mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka karena mereka berbadan hukum…. lha kalau komite yg mengerjakan/guru?

  4. @anwar, kalau mau nunggu lagi, akan dikeluarkan surat edaran 3 menteri utk lebih mengatur hal tersebut. Oleh sebab itu, sebaiknya dinas segera mengubah MAK dari Belanja Hibah ke Belanja Modal, agar dpaat menggunakan Permendiknas 18 dan 19 2010

    @olive, makasih atas penjelasannya 🙂

  5. hendra says:

    pak khalid, sudah dikeluarkan belum juklak dan juknis DAK pendidikan 2010 ? tolong donk kirimkan ke email saya : hendraetcacom@gmail.com
    trus, bagaimanakah realisasi lelang bagi pemenang tender? apakah seluruh paket hanya bagi sipemenang? trims.

  6. yamin simatupang says:

    Ass,pak khalid semoga sehat dan sukse selalu,,,
    pak,saya mau menanya apakah pagu dana dak pendidikan 2010 yang ada di juknis dak tsb harus di sesuaikan dengan pelaksanaannya??

  7. @hendra, juknis DAK pendidikan khan sudah ada di Blog saya ini, yaitu Permendiknas No. 18 dan 19 Tahun 2010. Namanya pemenang, sudah pasti dialah yang mengerjakan. Tidak boleh dialihkan (subkontrak) tanpa persetujuan PPK dan tanpa tertuang di dalam kontrak.

    @yamin, pagu pada DAK adalah gambaran nilai. Pelaksanaannya disesuaikan dengan index masing-masing kabupaten/kota. Jadi, sedapat mungkin pelaksanaan menyesuaikan dengan pagu yang ada.

  8. yamin simatupang says:

    trima kasih pak khalid,
    pak,kayaknya ada indikasi dari pihak yang berkompeten agar dak pendidikan tsb dilaksanakan dengan cara penunjukan langsung dan pemilihan langsung apa itu boleh pak..?? trims

  9. @Yamin, selama hal itu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pada Keppres 80/2003 dan Perpres 54/2010, maka boleh saja pak 🙂 Jadi, untuk lebih jelas, harus dilihat lebih dalam lagi.

  10. Siahaan, Josua says:

    terima kasih untuk informasi tambahan ini… sukses buat pa and sekeluarga…

  11. syahrul says:

    Mau tanya untuk pengadaan Buku yang bersumber dari DAK,… menggunakan sistem apa ? Merit point atau sistem gugur ?…. Apakah salah kalau panitia menggunakan merit point ?

  12. @syahrul, kalau menggunakan Keppres 80/2003 tidak salah, kalau menggunakan perpres 54/2010 itu salah

  13. David says:

    klo seandainya rekanan dalam mencairkan dana DAK mengalami keterlambatan (melewati tgl 15 Desember 2010) apakah dana proyek tersebut hilang atau bisa ditagih pada Tahun Anggaran 2011? terima kasih atas infonya…

  14. widi susilo says:

    Maaf pak, bagaimana kalau lelang pengadaan buku perpustakaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan bersumber dana APBD Tk.1,apa pak dasar hukumnya, dan bagaimana mekanisme menentukan HPS nya pak, apakah diperkenankan pengadaan dengan jumlah yang banyak tetapi harga patokannya menggunakan harga katalog dari penerbit yang disamakan dengan konsumen langsung, terimakasih

  15. widi susilo says:

    Maaf pak, bagaimana kalau lelang pengadaan buku perpustakaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten pada tahun 2009 dan bersumber dana APBD Tk.1,apa pak dasar hukumnya, dan bagaimana mekanisme menentukan HPS nya pak, apakah diperkenankan pengadaan dengan jumlah yang banyak tetapi harga patokannya menggunakan harga katalog dari penerbit yang disamakan dengan konsumen langsung, terimakasih

  16. triono says:

    DAK SD ( Khusus Rehab ) Hasil Akhir / Kwalitas Pekerjaan SWAKELOLA lebih baik jika dibanding dengan Kualitas Pekerjaan Para Pemborong. Rasionalnya Jika dikelola oleh satuan pendidikan sendiri dana hampir 100% digunakan namun jika dikelola oleh pemborong yang menang lelang maka dana yang digunakan TIDAK MUNGKIN 100% sebab Pemborong harus mengeluarkan untuk : -biaya lelang- gaji karyawan perusahaan-ambil untung untuk diri sendiri dan para pekerjanya, Emang mau makan apa kalu tidak ambil dari uang tersebut ?. Saya berani menunjukkan SD yang menerima DAK di kelola sendiri dan SD penerima DAK yang dikerjakan oleh Pembohong.. eh Pemborong…

  17. triono says:

    DAK SD TAhun 2010 digunakan untuk PEBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN . Pertanyaannya adalah :
    1. Berapa alokasi dana untuk setiap SD / 1 Ruang/lokal gedung Perpus SD?
    2. Apakah benar Bentuk Fisik Gedung tersebut dindingnya tidak diplester, tidak berubin(sekarang jamannya KERAMIK BUNG!!!).
    3. Kemudian mau diisi apa dan oleh siapa yang mengisi perpus tersebut?
    4. Karena dikerjakan oleh Pembohong eh pemborong maka Kepala SD hanya disuruh teken teken saja… kalau tidak mau di mutasi..

  18. yamin simatupang says:

    pak , jika dana dak pendidikan 2010 bersisa, jenis kegiatan apa saja yang dapat di gunakan dengan memakai sisa dana tersebut ? trims

  19. BAMBANG EDY SUPRASETYO says:

    Pak, kami SMPN 1 Wonotirto kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur membutuhkan 1 ruang kelas baru (RKB) dan 1 1 ruang Laboratorium Bahasa Inggris. Mohon petunjuk untuk mendapatkannya gedung-gedung tersebut

  20. Sumarman SP says:

    DAK PENDIDIKAN TAHUN 2010 ADALAH TIDAK BERHASIL, SEBAB PENGADAAN BUKU YANG DILELANGKAN PADA AKHIRNYA MENIMBULKAN BANYAK MASALAH KARENA BANYAK KEPENTINGAN DARI MULAI KEJAKSAAN,POLISI DAN LSM ADALAH TURUT MASUK MENGATUR DIDALAMNYA JADI BANYAK MENIMBULKAN PENYIMPANGAN DAN MASALAH BAHKAN TIDAK SESUAI DENGAN KEBUTUHAN SEKOLAH. PPTK/PPK MENJADI KETAKUTAN KARENA YANG TELAH MELAKSANAKAN BANYAK MENIMBULKAN MASALAH DAN MASUK KE PENJARA DAN ADA YANG AMAT KETAKUTAN AKHIORNYA MENINGGAL DUNIA. JIKA PELAKSANAAN SEPERTI INI DILANJUTKAN TERUS MAKA DAK PENDIDIKAN TIDAK AKAN BERHASIL YANG UJUNG-UJUNGNYA PENDIDIKAN TIDAK BISA MAJU

  21. Sumarman SP says:

    UU MENGENAI LELANG DEAK BIDANG PENDIDIKAN ADALAH PRODUK UNDANG-UNDANG YANG GAGAL. NAMUN DIPAKSAKAN UNTUK DILAKSANAKAN.

  22. Robby Weha says:

    Salam kenal Pak,saya tertarik dengan situs bapak karena banyak membahas tentang pengadaan. Saya ada pertanyaan mohon kiranya bapak dapat membantu pemecahan permasalahannya. Di SKPD kami mendapat Dana Alokasi Khusus bidang kesehatan 2011 untuk pembangunan gedung IGD. saat itu kami menganggarkan selain pembangunan fisiknya ,juga untuk konsultan perencana dan pengawasnya, tapi saat proses pencairan dinyatakan tidak bisa oleh dinas keuangan karena DAK katanya hanya untuk pembangunan fisik. Mohon petunjuk Pak, karena konsultan-konsultan tersebut kami tenderkan dan ada kontraknya. terima kasih.

  23. iryanto satria says:

    salam kenal pak khalid.
    saya rasa penggunaan dana DAK pendidikan khusus untuk bangunan dan rehabilitasi sekolah.
    yang sering jadi permasalahan adalah tentang pengadaan buku pengayaan.referensi.alat peraga,dll sepertinya pengadaan ini dimanipulasi oleh penerbit serta agen-agennya yang ada didaerah, terutama tentang dukungan dari penerbit. terima kasih

  24. frediputra says:

    salam pak khalid,
    saya diminta oleh dinas pendidikan kab di aceh utk melaksanakan tender DAK Pendidikan..
    klo mau tau daftar2 buku yg sudah mendapat reg Pusbuk atau BSNP dimana..?
    Saya sedikit bingung, krn menurut penjelasan dinas bahwa kontrak ditandatangani oleh PPTK dan itu adalah hasil raker dg pengelola DAK katanya..apakah benar spti itu..?..smntra PPTK ga dikenal dlm Perpres 54..
    mhn pencerahan..trima ksh

  25. jekkkk says:

    DAK 2010-2011 tidak berjalan sesuai dengan harapan semua orang dan banyak yang mengambil kepettingan

  26. paskalicius says:

    salam sejahtera pak. mohon pencerahannya pak.
    Perihal jaminan pemeliharaan dalam pengadaan buku dan alat DAK 2010. Sesuai dengan pasal 36 ayat (4), (5), dan (6) Kepres 80 tahun 2003. Apakah dalam kegiatan pengadaan buku dan alat DAK 2010 wajib hukumnya untuk penyedia barang / rekanan menyerahkan jaminan pemeliharaan atau dilaksanakannnya pemotongan 5 % retensi pada saat pembayaran 100 % pekerjaan ? serta apakah dasar hukum terhadap hal tersebut ? besar harapan saya kiranya bapak bersedia memberikan tanggapan pak. trimakasih.

  27. dessy says:

    Pak…km punya dana DAK 2016 sarana pdkkn 40% dari pagu..tertulis d anggaran volume 1 paket. Boleh gak kt buat utk beberapa sekolah dg lokasi yg berbeda sementara teetulis di DPA satu paket. Gimana solusinya pak…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.