Salah satu perbincangan hangat sambil menikmati segelas teh hangat ala Jepang dan hidangan khas Jepang di Bandara Narita adalah diskusi tentang kebudayaan dan pendidikan Jepang.
Judul di atas muncul sewaktu melihat lauk yang dinikmati pada sarapan hari ini adalah “ikan salmon”
Narasumber dari diskusi kali ini adalah Ms. Elly yang merupakan guide tour kami di Jepang, dimana beliau sudah tinggal selama 30 tahun di Jepang
Sambil tetap menikmati sarapan, beliau kemudian bercerita.
Ikan Salmon merupakan salah satu makanan favorit di Jepang. Dimana ikan ini ditangkap di sungai-sungai yang mengaliri dataran Jepang.
Ciri khas ikan ini adalah hidup di air asin dan bertelur di air tawar, dimana pada waktu tertentu, mereka berenang melawan aliran air sungai dari laut sebagai tempat hidup mereka ke arah hulu sungai untuk bertelur.
Setelah bertelur, mereka kembali lagi ke laut untuk melanjutkan kehidupan mereka. Dari siklus ini, tentu saja banyak memakan korban. Mereka yang tidak kuat melawan arus akan terseret dan akhirnya mati. Begitu juga bagi mereka yang telah bertelur biasanya menjadi lemas dan ikut terseret serta terhempas ke karang di tengah derasnya aliran sungai.
Nah, salah satu keunikan dari masyarakat Jepang adalah, telur-telur ikan Salmon ini dikumpulkan kemudian ditangkar hingga menetas dan melahirkan anak-anak Salmon.
Biasanya mereka dibiakkan hingga panjangnya mencapai 4 cm dan siap untuk hidup di air laut.
Setelah siap, mereka lalu dilepaskan di lautan luas.
Yang unik dan merupakan pendidikan yang luar biasa, yang melepaskan mereka adalah anak TK dan SD di Jepang. Dimana hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa memiliki terhadap lingkungan dan rasa cinta terhadap alam kepada anak-anak ini sejak dini.
Mereka diajarkan, bahwa untuk tetap menikmati hidangan ikan yang mereka sukai, mereka harus ikut serta dalam menjaga keberlangsungan hidup ikan-ikan tersebut.
Dengan cara yang sederhana inilah, sejak dini, anak-anak ini diberikan kesadaran mengenai lingkungan hidup dan cinta terhadap lingkungan. Bahkan ditekankan, bahwa dengan cara ini saja, hanya 4% dari anak ikan yang dilepas, yang nantinya akan kembali untuk bertelur.
Sungguh suatu sistem pendidikan yang cukup bagus…karena dimulai sejak dini…
Mudah-mudahan di Indonesia, walaupun dengan cara yang berbeda, juga dapat melakukan hal yang sama, agar lingkungan hidup kita yang kaya, tidak semakin hilang ditelan derasnya eksploitasi.
You are excellent my brother.
Thanks for all of your info.
If you do not mind please put my tag in your blog.
thanks
mustafatope.wordpres.com
mustafatope.blogspot.com
Done…
Tinggal diisi yah pak 😀
Aduh, kapan ya aku makan ikan Salmon.
Di kampung ga ada tuh, Mas!
Trims atas ceritanya!
Jadi catatan menarik bagiku yang gemar makan ini!
Tabik!
Suatu contoh pendidikan yang menarik bagaimana menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian sejak dini terhadap lingkungan sekitar pak, semoga bisa jadi contoh yang baik bagi peningkatan mutu pendidikan kita sejak dini. Ada hubungan dengan CBT juga ya pak hehehehehe ditunggu tulisannya lagi pak khalid
pak masukin juga dong tag saya di blognya om http://fadlyatjo.wordpress.com http://fadlyatjo.blogspot.com
Itulah yang harus ditiru di Indonesia, dari hal hal yang sederhana menghasilkan karya akbar dimasa mendatang….bukan dengan pola instan seperti sekarang ini.
ikan salmon emang yammy..
dibakar bumbu.. dimakan pake saus… *glek* 😀
btw, pembentukan mental sejak dini itulah yg gw liyat masih kurang di negri ini.
yg ada malah perusakan mental sejak dini… 😕
wah enak juga makan ikan salamon sambil menikmati pembelajaran yang harus ditiru oleh bangsa ini, sip tulisannya om khalid sukses selalu……
Cipuruk nakke..!!!
hehehe
Kapan Anak ICT makan ikan salmon? Walau makan juga tetap rasanya indomie :((
Ok…pak trus berkarya. Di tunggu di mks
Pingback: Pelajaran dari tempat parkir « Khalidmustafa’s Weblog
Subhanallaah…
Sebuah pendidikan yang terlihat sederhana namun begitu mendidik dan penting untuk ditanamkan kepada generasi penerus.
Semoga Indonesia dapat pula mendidik generasi penerusnya untuk cinta lingkungan.
waduh..udah lebih dari cukup klo makan ikan salmon, disini mah….ikan asin aja udah cukup pak 🙂
di Bali ada penangkaran penyu, setelah menetas, Tukik(anak penyu) itu lalu di lepas oleh masyarakat ke laut. Di bagian indonesia yang lain, apa yah yang dilakukan untuk pendidikan kecintaan terhadap lingkungan hidup?
Pak Khalik, ikan salmon di Panakkukang 15 ribu rp per 17 gram. Bagaimana kalau satu ekor.
Iya, tapi orang jepang seneng makanin paus (yg sebagian besar spesies udah endangered). Dan gw gak pernah denger kalo ada pembiakan paus di jepang, CMIIW.
Btw, aklo gak salah pelepasan tukik ke laut selain di bali juga ada deh di daerah jawa,lupa daerahnya sebagai daya tarik wisatawan juga. Iya lah mudah2an Indoensia bisa mencontoh yg baik2 dari negara maju dlm hal menjaga ekologi, tapi yg buruk2 gak usah…
I really love to eat any kind of food, but i loved fish product more than other because it has lower fat than any meat product..what do you think?
kenapa ikan salmon tidak bertelur di air laut