Sejak semalam gema takbir dan tahmid membahana di angkasa. Pada pagi hari ini, gema tersebut terus membahana mengantar umat muslim menuju lokasi Shalat Ied diberbagai tempat.
Shalat Ied adalah salah satu shalat sunnah yang amat dianjurkan, karena bagian dari syiar Islam. Dan pelaksanaannya tidak hanya dilakukan di Masjid tetapi juga dilakukan di lapangan bahkan sampai meluber di jalan raya apabila lapangannya telah penuh.
Saya sendiri melaksanakan Shalat Ied di Halaman Kantor Pusat Pertamina UPDN VII, Jl. Garuda No. 1, Makassar karena kebetulan paling dekat dengan rumah.
Sejak dari rumah, karena yakin tidak akan memperoleh tempat yang berlapis karpet (biasanya disediakan oleh panitia), saya membawa kertas koran yang dapat dijadikan alas untuk sajadah.
Dan memang benar, saya hanya kedapatan ruang untuk shalat diatas aspal jalan, maka segera menggelar Kertas Koran sebagai alas dan melapisi dengan sajadah serta larut dalam pelaksanaan Shalat Ied.
Syukur Alhamdulillah imam shalatnya cukup bagus, baik pengucapan maupun intonasinya, jadi merasakan shalat yang cukup nikmat.
Ceramah Idul Fitrinya juga lumayan, yang dibarengi dengan dzikir bareng (ini lain dari yang biasa saya ikuti sih).
Namun, yang benar-benar menyesakkan dada, setelah selesai ceramah dan jemaah meninggalkan lokasi shalat, maka kertas koran yang sebelumnya digunakan sebagai alas, bertebaran dimana-mana. Padahal, prinsip Idul Fitri khan kembali kepada kesucian, kembali kepada kebersihan, yang bukan bersih hanya rohani dan jasmani saja, tapi juga bersih lingkungan dan bersih pola hidup dan pikiran.
Sayang, hanya beberapa orang yang saya lihat mengambil kembali kertas koran yang mereka gunakan dan membuangnya di tempat sampah yang sudah disediakan. Sebagian besar, segera angkat kaki dan tidak peduli betapa kotornya tempat tersebut.
Dibawah ini adalah foto-foto yang sempat saya ambil. Semoga dimasa datang, timbul kesadaran pada diri masing-masing, bahwa pembuktian kebersihan hati dan diri tidak perlu menunggu momen-momen yang besar. Momen kecil-pun dapat menjadi pembuktian berhasilnya pendidikan Ramadhan yang menjadikan manusia yang Fitri.
Mungkin harus dibiasakan pendidikan sampah sejak dini, seperti di STM Panca Marga kali yah 😀
maaf pak, mungkin ini tidak nyambung sama sekali dengan artikel di atas. tapi gpp ya…
saya khog sulit melihat data NUPTK ya, saya sudah coba bertanya kesana-sini. bagaimana ya pak. tolong apabila bapak berkenan memberi info bisa dikirim e-mail ke retno1504@plasa.com
terima kasih banyak
sedih juga sih pak
kadang memang orientasinya ke ritual aja trus maknanya diabaikan.. padahal khan gak sebatas itu justru aplikasi dalam kehidupan itu yang penting..
waktu sholat ied di baruga mamie jg bawa koran, dan kesadaran mungkin baru sebatas diri sendiri krn koran yang sudah dipakai akhirnya mamie bawa pulang kembali, tapi yang lain..mamie gak sempat pungut 😀