Sejak datang ke Jakarta tahun 2006 yang lalu, tahun ini merupakan tahun pertama (dan mudah-mudahan yang terakhir) saya menginjakkan kaki di ruang Gawat Darurat sebuah Rumah Sakit sebagai pasien (kalau sebagai pengantar dan penjenguk, pernah beberapa kali sih).
Yup, hari Jumat minggu lalu, tepatnya 12 September 2008, pukul 00.30, dengan sukses saya meluncur sebagai pasien pada Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan, bukan mau menyaingi Suharto lho yah, cuman karena lebih dekat dari rumah aja.
Penyebabnya cuman sepele, yaitu Flu yang sudah dirasakan sejak hari Selasa (9 September), namun karena dianggap remeh dan mungkin udah biasa, maka pada hari Rabu mulai turun menjadi Radang Tenggorokan, yang ditandai dengan seraknya suara bahkan sampai sulit berbicara.
Puncaknya terjadi pada hari Kamis malam, sekitar pukul 22.30 WIB, dimana setelah asik berbincang-bincang dengan Pak Bondan mengenai program Dapodik ke depan, tiba-tiba serasa ada angin dingin yang langsung menghajar seluruh tubuh.
Kontan badan menggigil dan langsung membentuk gaya udang 😀
Semakin lama, perasaan dingin ini semakin kuat, dimana saya yakin bahwa kondisi tubuh pasti sedang drop dan suhu badan pasti meningkat sehingga lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruangan.
Karena khawatir mengalami kejang-kejang (yang biasa terjadi kalau suhu tubuh terus meninggi), maka saya segera minta tolong teman-teman untuk membawa ke Rumah Sakit terdekat. Kebetulan yang terdekat adalah Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), maka segera meluncur ke sana.
Penanganan di Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) cukup baik dan cepat, setelah turun dari mobil, sudah menunggu kursi roda yang membawa ke tempat tidur dalam ruangan.
Dengan cekatan, Dokter jaga langsung mengukur suhu tubuh (hasilnya adalah 37,9 Derajat Celcius, memang dibawah 38 tapi sudah cukup mengkhawatirkan), memasang infus, mengambil contoh darah untuk analisa laboratorium, dan memberikan obat penurun panas.
Sempat juga kepikir tentang blog ini, makanya dalam kondisi demam, masih sempat meminta teman yang ngantar untuk mengambil beberapa foto 😀 (sekali narsis tetep narsis)

2 jam setelah memperoleh perawatan, kondisi demam berangsur menurun, dan akhirnya sempat terlelap beberapa saat.
Ada salah satu kisah tambahan yang cukup menarik. Karena saat itu sedang puasa, dan rekan yang mengantar juga berkeinginan untuk makan sahur, maka untuk sahur diputuskan menghubungi pelayanan Delivery McD yang lokasinya cukup dekat dari RSPP (di Blok M)
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, maka pelayanan pesan antar McD datang ke UGD. Nah, disini serunya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 WIB, dan pasien yang masuk UGD tidak terlalu banyak maka kondisi UGD cukup sunyi saat itu. Para Dokter dan perawat sedang beristirahat, dan sebagian penjaga pasien tertidur di ruang tunggu.
Mungkin karena sudah terbiasa, maka dengan semangat “45” pengantar McD ini dengan bebasnya berteriak “MAC DEEEEEEEEE” dengan suara keras. Spontan saja, karena suasana sunyi, suara tersebut menggema ke sudut-sudut ruangan UGD, dan membuat kaget Dokter, Penjaga, Satpam, dan keluarga pasien yang sebelumnya terbuai di alam mimpi (itung-itung ganti teriakan sahur lah). Sukseslah membuat muka teman saya menjadi merah (bukan kena rebus, tapi malu) dan segera menyelesaikan tagihan McD agar petugasnya segera pergi.
Pagi harinya, sekitar pukul 07.00 WIB, hasil lab darah keluar dan laporannya adalah jumlah sel darah putih saya (Leukosit) jauh diatas nilai Normal (Normal 6 – 10), yaitu 18, sehingga segera harus masuk ke ruang perawatan.
Pukul 08.00 WIB, segera meninggalkan UGD menuju ruang perawatan kelas 3, kamar 759.

Disinilah selama 4 hari berikutnya saya menghabiskan waktu, juga menghabiskan 11 Botol Infus, 1 kali foto thorax, 4 kali test Urine, dan 5 kali test darah (sampai tangan kiri dah memar-memar penuh suntikan untuk jarum pengambil sampel darah)
Hasil analisis dokter adalah Radang Tenggoroan Akut yang sudah mulai menginfeksi Selaput Paru. Syukurnya cepat ditangani, karena kalau selaput parunya sendiri sudah terkena (saat ini baru kena imbas infeksi ringan), maka proses penyembuhannya jauh lebih lama.
Hari Selasa, tanggal 16 September, dari hasil pemeriksaan leukosit terakhir dengan nilai 15, dan kondisi demam sudah turun (dibawah 37 derajat), dokter mengijinkan saya untuk pulang dan menjalani rawat inap dengan catatan harus terus menerus beristirahat sampai leukosit dibawah 10.
Hari Jumat, tanggal 19 September, kembali ke RSPP untuk mengecek darah, hasil leukosit sudah semakin membaik dengan nilai 12,4. Akhirnya diminta untuk kembali melakukan pengecekan darah pada hari senin, tanggal 22 September.
Kapok deh sakit seperti ini lagi. Kedepannya kalau badan sudah ada tanda-tanda tidak sehat, saya akan langsung beristirahat. Banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang kalau sakit seperti ini 🙁
Pingback: Khalid Mustafa’s Weblog » Blog Archive » Buah Berlapis Lilin
semoga pak khalid lebih memperhatikan kesehatan
meski sakit tetap narsis *hidup narsis* 😀
Wah…wah… sebaiknya mencegah dibanding mengobati. Coba konsumsi Immunocal (WHEY Protein) Pak, mungkin cukup 3 hari sekali agar badan tetap fit !
kurang lebih nasib kita sama pak.. ^_^
– http://anaugie.blogspot.com/2008/04/salmonella-typhi-menyerangku.html
– http://anaugie.blogspot.com/2007/08/kena-demam-berdarah.html
semoga tidak terulang lagi karena kesehatan adalah tanggung jawab sendiri bukan tanggung jawab orang lain.
Astaga, sakit begitu masih sempat kepikiran bikin liputannya di blog? Jaga kesehatan mas! 🙂
*yangsedangkenaradangtenggorokan*