Catatan Kecil di Hari Pendidikan Nasional

 

Hari ini, 2 Mei 2008, seluruh Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional. Bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya bekumandang di seluruh kabupaten dan kota. Para pejabat pemerintahan, guru dan siswa pada pagi ini melaksanakan upacara untuk mengingat hari ini.

Disisi lain, 2 minggu lalu, gempar diberitakan di media massa, kisah-kisah seputar kecurangan dan penipuan “berjamaah” yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru sekaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SLTA yang serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Entah apa yang pantas dirayakan di hari ini. Disela-sela kemeriahan acara, pentas seni di berbagai sekolah dan acara-acara seremonial lain, keterpurukan pendidikan terus terjadi dimana-mana. 

Memang benar bahwa kita masih meraih prestasi sampai ke tingkat Internasional, melalui lomba Fisika dan berbagai lomba lainnya. Tapi tahukah kita bahwa pemenang lomba tersebut telah digodok dan di gojlok jauh hari sebelumnya dengan standar pendidikan beberapa tingkat diatasnya ? Keberhasilan mereka bukanlah cerminan keberhasilan pendidikan pada tingkatan mereka, melainkan keberhasilan “pembinaan khusus” yang diberikan kepada mereka. 

Disisi lain, tertimbun dengan berbagai pemberitaan mengenai keberhasilan tersebut, masih banyak anak-anak tingkatan SLTA yang membaca saja masih amat sulit. Menghitung perkalian juga masih terbata-bata, bahkan untuk yang terakhir ini sempat saya alami sendiri sewaktu mengajar di STM. 

Disisi lain, pendidikan yang “katanya” berfungsi untuk mencerdaskan anak bangsa, juga dikotori dengan berbagai intrik-intrik politik dimana-mana, yang sayangnya, bagaikan kentut yang tak berbunyi dan tak berbentuk namun baunya menyengat kemana-mana.

Topeng-topeng amat tebal dipakai oleh oknum pejabat di senayan maupun di gedung wakil rakyat, dimana dibalik setiap topeng masih ada topeng lainnya yang sulit ditebak maksudnya.

Kebijakan-kebijakan pendidikan yang diambil, yang “sepertinya” demi rakyat, masih memiliki “hidden” agenda berupa pelindungan terhadap kepentingan orang atau kelompok tertentu.

Miris dan sakit rasanya hati ini setelah berada di senayan dan melihat langsung mereka manggung diatas panggung kepentingan pribadi dan kelompok, walaupun dihias dengan hiasan kepentingan rakyat dan “tupoksi”

Selamat ber-hari pendidikan nasional, semoga hikmahnya tidak menghilang secepat bubarnya peserta upacara dari lapangan upacara.

 

This entry was posted in Curhat, Pendidikan and tagged . Bookmark the permalink.

13 Responses to Catatan Kecil di Hari Pendidikan Nasional

  1. gurumutant says:

    Artikelnya sarat dengan renungan mendalam, namun saya masih ada harapan untuk menjadi yang Pertamax™ untuk mengomentari.

    Saya masih agak enggan mengomentari yang berkaitan dengan politik, intrik, tupoksi, dsb. Semakin dipikir semakin bikin luntur semangat ini.. Jadi saya komen yang “arus bawah” saja.

    “masih banyak anak-anak tingkatan SLTA yang membaca saja masih amat sulit..”
    Apa lagi berkomunikasi pasif (jangan yang aktif dulu dah..) menggunakan bahasa asing, utamanya Bahasa Inggris. Gimana mau bisa dididik jadi calon SysAdmin handal kalo siswa saya baca howto aja pilih-pilih, cari yang lokal. Susah dah…

    Mirisnya lagi, peringkat kualitas pendidikan Indonesia di dunia malah semakin turun, bukannya meningkat. Dan ini sering dipakai dasar untuk penyelenggaraan UAN yang ujung-ujungnya seperti yang Pak Khalid ceritakan sebelumnya.

    Mari tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan para pendahulu kita yang dulu memperjuangkan pendidikan bangsa dengan hati nurani, dan mari doakan para pejabat yang mengambil kebijakan di bidang pendidikan, agar dibukakan mata hatinya sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuatnya berpihak semata-mata pada kemajuan pendidikan secara holistik, dan bukan pada kepentingan poilitik semata.

  2. sahatmrt says:

    hancurnya negriku, hancurnya pendidikan. memang kondisi pendidikan negri ini menyedihkan dan mengerikan, tiada yang bisa dilakukan kecuali tetap bekerja, berjuang dan berdoa. semoga suatu hari kelak, pendidikan kita bisa lebih baik.

    rasanya, ini catatan pilu pendidikan kita.

    salam hormat buat bapak, yang tetap berdedikasi!

  3. ksemar says:

    Yah, Tahun ini Peringatan Hardiknas masih tetap Peringatan yang “kehilangan makna” Salam kenal

  4. winsolu says:

    maju terus pendidikan indonesia

  5. muthacute says:

    saya sangat setuju dengan pendapat bapak, sebagai seorang mahasiswa saya masih bertanya-tanya bagaimana sistem pendidikan di indonesia ditengah hari pendididkan nasioal yang selalu diperingati,istilah lainnya perayaan yang dipertanyakan????

  6. rinasweety says:

    setidaknya masih ada orang2 ikhlas yang bersedia berjuang meski geraknya akdang terhalang TuPokSi ^_^ selamat berjuang pak khalid

  7. Pingback: Sosialisasi S1 PGSD dan Mitra500 di Kabupaten Ngawi « SEAMOLEC Mitra 500

  8. NOER says:

    pendidikan akan membawa kemana arah bangsa ini. kehancuran pendidikan adalah kehancuran bangsa ini. menjelang peringatan yang lain yaitu hari kebangkitan nasional, maka bangkitkanlah pendidikan negeri ini demi tetap tegaknya bangsa indonesia.

  9. salam revolusi says:

    selamat membangun sebuah akar pendidikan yang baru. hidup para Guru!

  10. agung agriza says:

    HADUH .. saya ngga ngerti mksudx apa ^^

  11. ray says:

    Sampai kapanpun kalo para petinggi2 Depdiknas masih “berjuang” untuk kepentingan politik dan pribadi/kelompok ya wajar saja pendiidkan indonesia “lambat” kemajuannya.
    Semoga pimpinan2 di masa depan lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi/kelompokknya, 80:20 lah gpp 😛

  12. ahyar says:

    Pak Khalid, Pas peringatan Hardiknas, saya kebagian tugas P3K. Anak-anak siswa banyak yang pingsan. hehehe.

  13. Rattling excellent information can be found on blog .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.