Semalam (14 Januari 2008, pukul 19.49 WIB), sebuah email yang masuk ke Outlook saya dari milis cfbe cukup mengejutkan saya. Ini cuplikan emailnya:
“Dear all, Saya kaget setelah browsing jardiknas dan menemukan data-data siswa seluruh Indonesia. (NISN dan nama, tempat tanggal lahir, dan alamat). Ini semua dapat diakses siapa saja tanpa proteksi password sama sekali. http://jardiknas.org/list.php?k=dapodik
Apakah ini tidak potensi berbahaya? Bagaimana komentar anda semua?”
(email lengkap pada milis silakan dilihat pada http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/31704)
Kemudian, dalam waktu yang tidak terlalu lama, email tersebut dibalas oleh Mas Nanang pada milis yang sama, dengan bunyi:
” Saya berpendapat, tidak sepatutnya data pribadi dijembreng begitu. Mungkin, nama
dan nomer saja sudah cukup. Depdiknas (setahuku Biro PKLN) harus segera menutup
akses itu !! Semestinya yg jadi hak publik untuk tau adalah akses penggunaan
dana publik dan program rinci depdiknas, atau kelulusan guru dlm sertifikasi,
bukan data pribadi murid sekolah…hehehehe ada2 saja.
Nanang”
(email lengkap dapat dilihat pada http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/31705)
Melihat tulisan ini, saya mencoba untuk memberikan informasi melalui milis tersebut. Sayang, sampai blog ini saya tulis pada pagi ini, jawaban saya masih belum nampak. Mungkin masih menunggu moderator milis itu untuk mengapprove-nya.
Ini adalah jawaban saya terhadap informasi tersebut:
—————————————-
Program ini sudah diluncurkan sejak tahun 2006, dan sudah berkali-kali disosialisasikan kepada masyarakat pendidikan, rupanya pengamat pendidikan sekaliber mas Nanang juga kelewat nih…
Terima kasih atas saran-sarannya, namun kami memiliki alasan untuk melaksanakan hal ini, sampai waktu tertentu…
Program Dapodik merupakan sebuah program yang ditujukan untuk mengelola data pokok pendidikan berupa data sekolah (NPSN), data guru (NUPTK) dan data siswa (NISN) dengan cara memberikan identitas yang bersifat tunggal, unik dan berlaku sepanjang masa kepada ketiga komponen tersebut.
Detail penjelasan mengenai program ini silakan dibuka pada web http://dapodik.diknas.go.id dan tulisan saya mengenai latar belakang hal tersebut dapat dilihat pada blog saya di http://khalidmustafa.wordpress.com/2008/01/12/ dapodik-apakah-hanya-sebuah-program-mimpi/#more-10
Sebagai informasi, program ini adalah sebuah program pendataan secara mikro dalam konteks institusi pendidikan yang PERTAMA di Indonesia. Dimana data yang ditampilkan tidak berupa deret angka belaka, tidak berupa data statistik belaka, melainkan berupa data yang sifatnya riil, nyata dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Konsep berikutnya adalah keterbukaan, dimana data yang tertulis dapat divalidasi secara langsung oleh masyarakat umum. Sehingga setiap kesalahan dan keganjilan data dapat diperiksa langsung oleh masyarakat umum dan dapat diperbaiki langsung oleh petugas pada dinas pendidikan kabupaten/kota setempat.
Karena data ini merupakan data awal, dimana memulai dari 0 (NOL), maka untuk proses validasi data dan keabsahan data, maka perlu dibuka agar dapat dicek secara langsung oleh masyarakat umum. Kami berencana, data ini hanya dibuka sampai pertengahan tahun 2008 saja, atau pada awal tahun ajaran 2008/2009, karena selanjutnya penambahan dan perubahan data hanya dilakukan untuk siswa yang masuk ke kelas 1 SD dan siswa yang lulus dari SLTA.
Berikutnya, attribut siswa juga akan diperbanyak, dan akan dikaitkan dengan aplikasi-aplikasi lainnya yang membutuhkan data nilai raport, ujian, kehadiran dan identitas orang tua mereka.
Tentu saja untuk membuka data ini secara detail akan dilakukan sistem kemanan sesuai dengan tingkatannya. Dimana nantinya setiap siswa akan diberi login agar dapat melihat data mereka sendiri, setiap sekolah dapat melihat data siswa di sekolah mereka sendiri, operator kabupaten dapat melihat data di kabupatennya dan seterusnya hingga berjenjang.
Nantinya, masyarakat umum hanya melihat Nomor Induk Siswa dan Nama Siswa saja.
Kalau sistem ini sudah berjalan, maka akses penyerapan dana pendidikan yang berkaitan langsung dengan siswa seperti BOS, atau rehabilitasi sekolah, akan terbuka dengan sendirinya, dimana publik bisa membandingkan antara dana yang terserap dengan alokasi dana yang tersedia.
Percuma kalau hanya membuka akses dana tapi tidak didukung data yang valid mengenai pelaksanaannya…
Mudah-mudahan bisa memberikan sedikit gambaran…
————————————
Mudah-mudahan pagi ini jawaban tersebut sudah bisa dilihat pada milis yang sama…
Yukkk…kita bersama membangun pendidikan di negara ini 🙂
Kalo seseorang udah gak ada itikad baik, dia melihat apapun selalu dari sudut pandang negatif. Tanggapan dan komentarnya pasti bisa dijamin negatif pula. Apapun yg kita lakukan, di mata dia akan tampak negatif.
Misal, kalo disembunyikan infonya, cuman nomor dan nama… pasti mereka akan komentar bahwa data ini gak terbuka, rawan manipulasi, susah diverifikasi, dlsb. Kalo dibuka, mereka akan komentar seperti di atas, gak menghargai privasi, bisa disalahgunakan, dlsb. Pasti ada aja tanggapan miring. Dan itu wajar. 😉
So, buat para pejuang Depdiknas… tetaplah bekerja secara profesional dan jujur dgn itikad baik, demi kemajuan pendidikan Indonesia.
Tetap semangat! 😀
hmmm apa yang privacy dari data : nama, alamat dan tanggal lahir? bukannya itu data yang memang boleh dipublish. Kalo melihat dari pengumuman cpns ato pengumuman hmmm let see kayak pengumuman penerimaan pegawai, pasti yang dicantumkan ya tiga hal tersebut, mengapa? sebagai penanda. Brapa juta orang yang bernama khalid mustafa, misalnya (emang brapa ya pak?).Lain halnya kalo ikut dipublish : nomer telepon, email, nama gadis ibu kandung, penghasilan perbulan, bla bla bla.. yang sering menjadi data security kalo kita mengajukan aplikasi ke bank.
so kenapa mesti ngeributin hal hal yang ga perlu gitu loh!! kecuali kalo ga pengen ketauan anaknya lahir taun brapa? umur kok mesti disembunyiin. Beiing old kan bukan sesuatu yang memalukan, kan? karena itu takdir manusia, 🙂 lagian aku rasa, anak anak ga ada yang merasa terancam dengan orang mengetahui umurnya, ato mereka lahir dimana.
Dear All
Suami dari kakak ipar saya adalah seorang kepala di suatu kantor Bea Cukai di Jawa Timur. Suatu hari dia sekitar tiga tahun lali, dia menerima telepon yang mengaku dari kantor Bea Cukai pusat di Jakarta. Si penelpon mengatakan bahwa dia membutuhkan data keluarga, seperti isteri, anak, dan lain-lain. Suami kakak ipar saya tersebut merasa ada yang aneh, karena caranya sangat tidak melembaga, dan permintaan itu ditolak dengan tegas, tidak perduli si penelepon mengaku dari kantor pusat. Kebetulan suami kakak ipar saya tersebut orang yang berani melaksanakan hal yang benar. Karir bukanlah segala-galanya baginya. Sebagai pejabat Bea Cukai golongan IVB, dia punya sebuah rumah di Bekasi Kali Malang, Jaktim, yang dibelinya tahun 80an ketika jalan kalimalang masih merupakan jalan kampung, dan sebuah rumah di perumahan yang masih dikreditnya (Lho koq jadi OOT 🙂 ).
Ketika pulang ke rumah, kakak ipar menceritakan kepada suaminya, bahwa ada telepon dari temannya, yang kurang lebih percakapannya sebagai berikut :
penelepon> Selamat pagi Bu, Bapak ada? saya Pak Joko, teman Bapak, saya kerja di Dinas Kehutanan.
kakak ipar> Selamat pagi, Bapak masih di kantor, o iya, nanti saya sampaikan
penelepon> Anak saya teman anak ibu juga, ng…
kakak ipar> Anak saya yang mana Pak, yagn paling tua sekarang kuliah di Semarang..
penelpon> Lho.. anak saya di sana juga, nanti saya beritau anak saya kalau ada alamatnya..
kakak ipar> oo si Gadis (bukan sebenarnya) kuliah di Undip, fakultas kedokteran, tinggalnya ya deket-deket kampus juga, kost.
…
…
Itu kurang lebih yang dilaporkan kakak ipar saya kepada suaminya. Kakak ipar sebetulnya merasa heran, mengapa ada teman suaminya yang tidak dikenalnya, karena itu sangat tidak biasa, mengapa menelepon ke rumah padahal pada jam kerja, tetapi dia merasa terhipnotis sehingga secara tidak langsung membeberkan DATA tentang anak mereka.
Suami kaka ipar saya mengingatkan isterinya, agar berjaga-jaga, karena dia mencurigai bahwa penelepon ke rumah adalah sama dengan penelepon ke kantor yang mengaku dari Kantor Pusat Bea dan Cukai. Mungkin si penelepon berhasil memperdaya sekertaris suami dari kakak ipar saya, dan si sekertaris mungkin takut karena penelepon mungkin juga mengaku dari kantor pusat. Suami kakak ipar saya menduga bahwa dalam waktu tidak lama lagi akan ada penelepon yang menyatakan bahwa anak mereka di Semarang kecelakaan parah, dan membutuhkan biaya pengobatan yang harus segera di kirim.
Benar, beberapa hari kemudian, di sore hari ketika keluarga kakak ipar saya ada di rumah semua, ada telepon yang memberi kesan panik, yang berusaha ingin berbicara dengan suami kakak ipar saya. Kakak ipar saya yang mengangkat telepon langsung mengenali suaranya sebagai orang dari “kantor pusat”, dan dengan logat Tegal-nya yang dibikin makin kental, dia berlagak tidak menegerti maksud dan permintaan si penelepon. Akhirnya si penelepon membentak : “Dasar satpam goblok”. Padahal, supir pribadi saja tidak punya, apalagi satpam.
Kami tidak pernah tau apa mau si penelepon “dari kantor pusat” dengan mengandalkan DATA anak kakak ipar saya. Kecurigaan kami, itu merupakan penipuan dengan modus “kecelakaan dan harus ada biaya operasi yang harus segera ditransfer”.
Alhamdulillah, setelah itu tidak pernah ada gangguan lagi.
Kisah di atas adalah nyata. Kisah di atas juga menunjukkan bagaimana penipu/penjahat menggali DATA, dan bahwa penipu/penjahat juga menggunakan DATA untuk aksinya.
Jadi, DATA yang terperinci dan akurat memang sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk perencanaan. Tapi, kalau jatuh di tangan orang yang tidak bertanggung jawab, DATA bisa menimbulkan bencana.
Kita wajib acung jempol buat pengembang Dapodik, sembari berdoa semoga beliau-beliau tidak takabur dan riya dengan keberhasilan yang berujung pada ancaman keselamatan subjek-subjek data. Semoga tidak ada kesempatan bagi penjahat/penculik dengan mencari targetnya melalui Dapodik.
Wassalam
buat manggoapi: Kisah penipuan dgn modus seperti yg Anda ceritakan udah sering terjadi, jauh sebelum Dapodik ini ada. Artinya, data untuk menipu dgn cara tsb gak ada kaitan scr langsung dgn Dapodik. Bisa saja sih mereka menggunakan data Dapodik, dan itu juga mungkin banget. Tapi, andai saya jadi penipunya, ngapain saya repot2 liat Dapodik, akses internet, pake mbayar pula, trus tanya 108 untuk tau nomer telp rumahnya, dst. Beribet amat yak… wong berbekal buku telpon gratisan aja, saya udah bisa nipu. 😛 Gak usah hiperbolis lah. BTW… amin untuk do’anya, setuju saya. 🙂
Saya rasa jawaban mas khalid dari copy suratnya sudah cukup jelas kok menjawab opini privasi data siswa. Aku setuju sama “penipu” gak perlu di hiperbolis … seperti politik aja he he he ….
faktanya, tidak seperti jalan pikiran ana, penipu itu berusaha dengan segala cara. Kalau sebelum ada dapodik sudah ada penipu berbekal data, lalu toh membeberkannya secara luas, berarti memberi umpan enak pada penjahat.
wah kalo urusan penipu, saya jadi ada cerita :
suatu hari saya ditelpon om saya, kebetulan beliau dipercaya menjadi menejger area balikpapan dari sebuah perusahaan telekomunikasi BUMN.
Beliau bertanya : nik, di kampus ada data tentang alumni gak yang bisa saya akses?
saya : lha kok tumben nanyain begituan? ngapain om? sepertinya ga ada sih.
beliau : enggak, ini loh ada yang dateng ke saya kemaren, ngaku alumni uniXXX(ga perlu disebut kan? -red) minta bantuan dana. Cukup besar, dia bilang sih buat ongkos pulang. Dia cerita kalo mau dipake kegiatan di kampus. Bawa proposal juga tapi ga jelas gitu.
saya : wah gawat dong, sayangnya ga ada om data alumni yang bisa diliat.
so… tanpa data pun bisa jadi penipu, kalo emang niatnya nipu. justru yang harus diupgrade adalah communitynya. bukan datanya yang ditiadakan. sebenernya di publish pun tidak apa apa, hanya memang perlu sosialisasi untuk orang tua, keluarga dan masyarakat pada umumnya, bahwa mengetahui tentang data diri, belum tentu sebuah kesahihan berita. 🙂
Mas Khalid, rupanya Anda memiliki pendangan yang sedikit berbeda dengan saya. Tapi saya menyambut baik hal ini. Perbedaan adalah untuk diterima, bukan diperdebatkan tak tentu ujung pangkalnya 🙂
Saya cuma mangajak berfokus kepada satu hal : keamanan anak2 kita dan resiko yang ditimbulkan dengan memasang data2 mereka secara bebas ( tidak / belum menggunakan restriksi akses )…
Jika dibaca di situs saya secara detail, saya tak pernah mengatakan bahwa Depdiknas memiliki tujuan jelek atas hal ini. Sebaliknya, saya percaya bahwa tujuannya baik. Yang saya maksudkan adalah, – seberapa baik pun tujuannya -, jika implikasinya lantas melibatkan resiko keamanan para siswa, maka tidakkah perjudiannya lantas menjadi terlalu besar ? Saya percaya Anda bisa melihat hal ini.
Kalau tentang penipuan yang ada jauh sebelum masalah ini terjadi; saya pikir hal ini memang benar, namun tak relevan dengan pokok bahasan ini. Jika memang penipuan sudah ada, dan penipunya merasa telah cukup terbantu dengan buku telepon ( tanpa perlu mengakses data Depdiknas ), maka saya sungguh lega atas penipu yang satu itu. Namun apakah semua kriminal berpikiran yang sama ? Terlepas dari masalah modus operandi, – saya rasa inti masalahnya adalah pemampangan data ini berpotensi untuk disalahgunakan dengan konsekuensi yang serius, dan bahkan menyedihkan.
Makasih Mas Khalid… Saya menghormati visi dan pendapat Anda 🙂
@Fajar, makasih atas tanggapan dan diskusinya yg cukup sejuk 🙂 Saya justru tidak melihat perbedaan pandangan pak, cuman memang ada masalah timing terhadap program ini.
Pada awal diluncurkan memang sebagian data terbuka dengan tujuan seperti di atas, namun beberapa bulan yang lalu sudah ditutup dan hanya bisa dibuka oleh orang-orang yang berwenang dan berhak sesuai dengan tingkatan wewenang masing-masing.
Baru hari ini kebuka luas bahwa rupanya kami dulu tidak menutup tuntas, masih ada yang terbuka dan baru saja terekspos. Justru inilah yang cukup berbahaya bagi anak-anak kita.
Insya Allah kami semua sepaham mengenai perlindungan data, dan ini merupakan sebuah pelajaran berharga terhadap hal tersebut. Dan mohon tetap dukungannya terhadap program ini, karena jangan sampai karena “seekor tikus, maka lumbung padilah yang dibakar.”
Mohon bantuan teman2 lain untuk selalu memelototi program-program Depdiknas, karena dengan pengawasan semua masyarakat maka program ini akan lebih baik dan lebih baik lagi di masa depan.
@Khalid, yang saya maksud dengan sedikit berbeda adalah bagi saya data itu tak selayaknya dibuka aksesnya, dengan tujuan apapun, dan sesingkat apapun masa aksesnya. Saya sepenuhnya sepakat bahwa tujuan NISN baik, namun tujuan baik ini juga harus dicapai melalui metode yang sempurna.
Apakah saya terdengar melebih-lebihkan ? Mungkin. Tapi biar saya sebutkan bahwa memang ada para pelaku kriminal yang menyusuri Internet dengan teratur untuk mendapatkan data. Bagi mereka ini, bahkan walaupun data tersebut hanya dibuka aksesnya 2 hari saja misalnya, dampaknya membuat kita merasa tak nyaman membayangkannya.
Kemudian, banyak di antara kita yang hanya berpikir terbatas ke bahaya penculikan dan penyalahgunaan seksual anak saja. Namun yang lebih luas bahayanya dalam kasus ini adalah bahaya pencurian identitas ( Karena sifat para pelakunya yang aktif mencari data ). Satu contoh adalah : Tidak sulit bagi seseorang yang memiliki akses dan dana untuk membuat KTP palsu dengan nama salah seorang siswa tadi, dan menggunakannya dalam aktivitas kriminal. Apa yang terjadi dengan siswa yang datanya disalahgunakan ? Kita tak akan pernah tahu 🙂
Tapi saya mengangkat topi atas komentar Anda di atas. Anda berani berbesar hati dan berkata bahwa “rupanya kami dulu tidak menutup tuntas, masih ada yang terbuka dan baru saja terekspos. Justru inilah yang cukup berbahaya bagi anak-anak kita.” Ini yang seringkali menjadi penanda dalam karakter para tokoh-tokoh besar, – kemampuan untuk mengatakan kebenaran dan menarik pelajaran atasnya. Selamat dan terima kasih 🙂
( Paragraf terakhir di atas benar-benar saya maksudkan dengan jujur; – sama sekali BUKAN merupakan sindiran terselubung 🙂 )
Pingback: Pedofil @ kaitou.in.ruangkopi.com ???
Pingback: Tetes Embun » Blog Archive » Data Pribadi berembun
Pingback: » Anak Indonesia tidak aman karena NISN Khalid Mustafa’s Weblog
Pingback: tetes-embun.org » Blog Archive » Data Pribadi berembun
Pingback: Data Pribadi berembun - Tetes Embun dotOrg
@Fajar, seandainya Anda pernah jadi saya yang harus asik menatap layar monitor selama satu minggu gara-gara NISN secara online ditutup dan hanya menampilkan Nama dan NISNnya saja, Anda mestinya berfikir juga siapa yang paling membutuhkan data tersebut jangan asal melihat kesalahan orang lain, mungkin anda tidak butuh data tersebut tapi bagi kami yang disekolah sangat butuh sekali, masalah penculikan dan sejenisnya itu ketakutan yang berlebihan.
appaaaann gw ajaa ga ada g mana bisa privasi ??
boong nihh
Pingback: PEDOFIL « Clupst3r's Blog
Thank you for the good writeup. It in fact was a
amusement account it. Look advanced to more added agreeable from you!
By the way, how can we communicate?
NISN anak salah disalah gunakan oleh seseorang yg tidak bertanggungbjawab, anak saya akan mendaftar ltmpt akan tetapi tidak bisa login karena ternyata sdh dipake orang lain, dan dengan mudah orang tsb memakai data2 anak saya, padahal anak sy juara umum diaekolahnya dan dia ingin masuk PTN akan tetapi karena data mudah didapat, jd akun ltmpt nya diretas orang, kasihan anak saya?