Mau jadi kuli atau jadi boss ??

Di suatu pagi, pada tahun 1996, ditengah-tengah ruang kelas E 1, diantara barisan meja-meja untuk percobaan perangkat elektronika, guru saya yang sudah beruban tiba-tiba bertanya di depan kelas.

“Apabila anda diruang ini, sebagai siswa lulusan teknik elektronika, kemudian diminta untuk bekerja pada perusahaan bangunan yang sama sekali tidak menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan elektronika, apakah anda mau mengerjakan pekerjaan itu ?”

Seisi kelas yang sebelumnya sibuk membaca rumus-rumus rumit tentang gelombang mikro serempak bengong…

“Coba di kelas ini angkat tangan, yang mau bekerja di perusahaan bangunan tadi…”

Beberapa tangan mulai terangkat…ada yang setengah melamun…ada yang cuman mangap saja… (termasuk saya…hehehehe)

“Nah, coba sekarang angkat tangan yang tidak mau bekerja di perusahaan itu…”

Beberapa teman saya mulai angkat tangan, walaupun masing ragu-ragu. Mungkin masih berpikir, kalau jawabannya salah apa dapat pengurangan nilai apa tidak 🙂

Beliau langsung menunjuk salah seorang teman yang angkat tangan untuk menolak bekerja tadi.

“Coba ceritakan alasan anda..” dengan senyum untuk menenangkan, yang akhirnya kami pahami adalah salah satu favorit beliau apabila memancing diskusi di dalam kelas…

Akhirnya teman saya mulai berani menjawab, setelah sebelumnya ragu-ragu.

“Karena tidak sesuai dengan jurusan saya pak…”

“Ada lagi yang lain ?” tanya beliau sambil memandang sekeliling

“Karena kami belum belajar tentang bangunan pak….”

“Karena kami nanti tidak profesional pak…”

“Karena kami masuk elektro untuk belajar tentang elektro pak, agar bisa bekerja di perusahaan elektro…”

Sambut menyambut sahutan dari teman-teman yang mulai asik dengan diskusi ini.

Dengan tenang kemudian Beliau kembali ke depan kelas setelah sebelumnya berkeliling dari meja ke meja, dan menuliskan di papan tulis, sebuah kata… “KULI”

“Nah, kalau kalian hanya mau bekerja sesuai dengan pendidikan yang kalian tekuni, sampai tua kalian akan tetap menjadi KULI.”

Kembali lagi seluruh kelas dibuat bengong dengan pernyataan ini. Pada beberapa wajah tampak ekspresi kaget, tidak percaya bahkan menentang..

“Pak, tapi khan artinya kita profesional kalau hanya mengerjakan sesuai dengan keahlian kita.” Seorang teman di pojokan menyuarakan protesnya yang mewakili beberapa teman yang lain.

Dengan senyum, Beliau lalu memberikan penjelasan. “Memang benar kalau anda merupakan orang yang profesional kalau hanya mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian anda, tetapi itu berlaku ketika anda sedang mengerjakan sebuah pekerjaan. Tapi kalau hal tersebut ditawarkan ketika anda BELUM mengerjakan sebuah pekerjaan, dan merupakan sebuah perintah, artinya anda menyia-nyiakan sebuah kesempatan untuk selangkah lebih maju.”

Dengan tetap memandang mata kami semua, dan tetap dengan senyum dan suara yang tenang, Beliau melanjutkan: “Kalau anda selalu berpedoman bahwa setelah anda bekerja nanti hanya bisa mengerjakan hal-hal yang anda pelajari di bangku sekolah, dan hanya sesuai dengan jurusan anda, maka selamanya anda akan menjadi KULI, selamanya anda akan menjadi BAWAHAN dan selamanya anda akan berada di posisi BAWAH. Anda tidak akan pernah menanjak menjadi seorang pimpinan.”

“Ada yang tahu kenapa ?” tanya beliau sambil berjalan ditengah-tengah kami

Karena masih asik mendengarkan paparan beliau, kami tidak ada yang menjawab.

“Karena, semakin anda menanjak, maka ilmu teknis yang anda miliki akan semakin berkurang dan digantikan dengan ilmu-ilmu manajemen dan ilmu sosial. Jadi apabila seseorang berkeras hanya akan bekerja sesuai dengan ilmu teknis yang dia miliki, maka dia selamanya hanya akan bekerja sebagai bawahan. Apabila dia hendak maju, maka dia harus masuk ke jenjang keilmuan yang lain. Harus berani belajar dan belajar bidang ilmu yang baru. Harus membuka pikiran untuk menerima hal-hal yang baru yang selanjutnya akan mengantar dia ke kursi pimpinan.”

Perlahan-lahan kami mulai manggut-manggut memahami apa yang beliau sampaikan.

“Sebagai contoh, anda sekarang kelas 4 Elektronika Komunikasi, apabila anda berkeras hanya akan bekerja pada bidang elektronika komunikasi saja, maka selamanya anda akan berada di belakang meja servis, memegang timah dan solder dan bergelut dengan rangkaian-rangkaian elektronika. Tapi apabila anda hendak menjadi kepala teknisi, anda harus mulai belajar bagaimana mengatur bawahan anda, bagaimana membuat struktur organisasi dan membagi tugas, bagaimana menciptakan suasana kerja yang kondusif, dan lain-lain, dimana semua ini bukanlah ilmu dari Elektronika Komunikasi, melainkan ilmu manajemen dan ilmu sosial.”

“Jadi, kalau anda ingin mejadi seorang BOSS, buka hati dan pikiran kalian untuk ilmu-ilmu yang baru…jangan pernah berkata TIDAK BISA, tapi ucapkan BELUM BISA, yang dibarengi dengan semangat untuk belajar dan siap untuk maju menerima tantangan.”

Akhirnya kami memahami apa yang beliau maksudkan, dan ucapan itulah yang terus menjadi motivasi bagi saya hingga hari ini…

Terima kasih kepada Pak Djamaluddin Syam, Guru Teknik Gelombang Mikro, STM Pembangunan, tahun 1996….

This entry was posted in Pendidikan and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

12 Responses to Mau jadi kuli atau jadi boss ??

  1. Arman Idris says:

    Wah, metode pembuka pikirannya boleh juga.
    Memang ada anekdot seperti ini :
    Masa depan seorang mahasiswa bisa dilihat dari tingkat akademiknya
    Kalau termasuk tinggi kemungkinan besar jadi karyawan, profesional, peneliti.
    Kalau agak redah lagi kemungkinan bisa jadi supervisor, diatasnya orang yang lebih tinggi tingkat akademiknya
    Lebih rendahnya lagi kemungkinan besar jadi boss.

    Alasannya : yang pintar – pintar sibuk urus kuliah, jadinya cuma ngerti yang di kuliahin saja, yang agak pintar bisa jadi supervisor karena ngerti teknis juga ada pergaulan karena tidak melulu ngurus kuliah yang tidak pintar jadi boss karenas sibuk bergaul jadi banyak relasi akhirnya punya proyek dan penghasilan yang banyak hahahaha =))

    Btw,
    Nice Blog, Keep Writing.

  2. intan says:

    terimakasih, tulisan ini banyak berguna, membuka cakrawala berfikir and sounds great.
    thanks a lot for all. wassalam.

  3. Nhie says:

    makasih pak…atas pengajarannya selama ini 😉

  4. Fadli Eka Yandra says:

    Saya jadi ingat masa kuliah dulu, dimana saya kuliah di teknik elektro, sedangkan pekerjaan saya di kontraktor sipil alias ngerjain bangunan, pekerjaan ini saya ambil untuk mencukupi biaya kuliah, alhamdulillah saya bisa tamat dan pekerjaan saya di kontraktor sipil juga lumayan sampai perusahan tempat saya bekerja kena badai krisis moneter. Saya ingat mulai tahun 90 saya bekerja sebagai staff teknik dengan tugas membuat rab dan mengawasi pekerjaan tukang-2 di lapangan sampai saya jadi site manager, klu kita nikmati ternyata asik juga dan semua masalah pekerjaan yang saya hadapi sangat membantu proses perkuliahan saya, dimana saya bisa tahu time schedule secara real di lapangan dan saya bisa memimpin sekian banyak tukang dan mandor, benar-2 asik.

    Kalau kita mau berinovasi maka apapun bentuk pekerjaan akan bisa kita nikmati bahkan menjadi hobi, bisa punya banyak staff dan bisa memahami psikologis mereka akan menjadi modal kita buat menghadapi hidup ini, jangan pernah berhenti untuk belajar dan jangan pernah meremehkan orang lain, bahkan orang yg tidak berpendidikan sekalipun.

    tanks pak Khalid, jadi ingat masa lalu nih, ha ha ha…..

  5. herman maulana agung nugroho says:

    terimah kasih pak.., cerita ini sangat berarti menurut saya, semoga bapa tambah sukses

  6. ahmad says:

    nasehat yang sama jg pernah saya dapatkan dari beberapa guru di sekolah baik guru elektro maupun guru umum.
    cuma sayang……saya tidak sempat di ajar sama Pak Djamal…..beliau keburu pensiun
    syukran atas postingannya

  7. Immer says:

    Setuju banget pak, memang benar bahwa kita diberi pemikiran yang tak terbatas (Broad mind) untuk menjelajah yang belum kita tau dan jangan pikiran itu sendiri dibatasi.

    Sekali kita menangkap esensi berpikir positif, disitu juga kita sudah memulai hidup yang tak terbatas dimana kita / pikiran itu dituntun dalam melakukan perkara diluar batas pemikiran kita jika kita menyediakan ‘tempat’ atau ‘ruang’ untuk selalu berpikir positif

    Be a positive man to create an unlimited life

    Good Luck Pak!

    🙂

  8. hasanuddin says:

    jiwa boss tidak hanya menjadi pengusaha (enterpreunership), tapi juga jiwa boss ada di dalam diri karyawan di suatu perusahaan, atau biasa disebut intrapreunership.

    kata kuncinya: seorang “boss” tidak membuat ruang sendiri atau batasan dalam pikiran dan hatinya, sehingga dia bisa melihat secara out of box sistem organisasi yang dikelolahnya.

    nice blog…

  9. Pingback: Mau jadi kuli atau jadi boss ?? « Khalidmustafa’s Weblog

  10. abi al-qosam says:

    sebuah pernyataan yang luar biasa, tapi kadang agak rancu dan terkadang membingungkan, perhatikan kata yang disampaikan dan jangan sampai salah persepsi

  11. Ari says:

    kalau salah salah dalam memahami artikel ini, bisa fatal nih mas, bisa bikin orang yang bersangkutan jadi setengah setengah, dan ga jadi satu apapun. Tapi kalau bisa memahami dengan benar, baru bisa efektif bg seseorang tersebut untuk bisa menanjak.

  12. Stock up on bottled water, for the end is apparently
    near, for “On With The Show,” kicks off on Sept.
    Carl talk about quite a few problems into their individual
    lifestyle. The Eagles released its representative work Take It Easy in the summer of 1972
    and the album soon swept the whole American country.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.