Beberapa hari terakhir di milis Dikmenjur dan cfbe diperbincangkan mengenai program yang bernama SUS atau “sepeda untuk sekolah” bukan kue sus lho.
Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan sepeda dan menggalakkan penggunakan sepeda kepada siswa-siswa, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah.
Seiring dengan perkembangan kenaikan BBM yang terjadi baru-baru ini, maka terasa semakin berguna.
Beberapa pertimbangan yang digunakan adalah:
- Dengan program SUS, maka dapat dilakukan penghematan terhadap BBM maupun energi lainnya
- Mengurangi polusi karena penggunaan kendaraan akan berkurang
- Siswa menjadi lebih sehat, karena berolahraga setiap hari.
Nah, berkaca dari pengalaman saya sendiri, karena sewaktu SD sudah merasakan sepeda serta berjalan kaki, kemudian di SMP juga berjalan kaki dan terakhir di STM juga menggunakan sepeda belasan Km setiap harinya maka:
- Perlu dipertimbangkan program ini untuk kota-kota besar dengan tingkat polusi yang tinggi. Misalnya Jakarta dan Surabaya. Karena boro-boro sehat, nanti siswa malah kena Bronchitis atau TBC karena kelewat banyak menghisap asap kendaraan atau debu jalanan. Perlu disiapkan masker untuk mereka.
- Juga untuk kota-kota besar dengan tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi, maka perlu dipertimbangkan jalur khusus untuk sepeda. Coba bayangkan menggunakan sepeda di tengah-tengah angkot yang gila-gilaan, serta disela-sela pengendara motor yang sering menjadikan trotoar sebagai jalan raya. (Ini pengalaman nyata di Jakarta)
- Di sekolah perlu disiapkan locker dan ruang untuk mandi, khususnya bagi mereka yang naik sepeda dengan jarak yang cukup jauh. Hal ini agar siswa dapat ganti pakaian atau bahkan membasuh diri sebelum belajar, agar saat belajar lebih segar dan tidak terganggu dengan keringat yang melimpah ruah sewaktu bersepeda.
- Mulai diperhatikan penghijauan disepanjang jalan yang akan dilalui, agar suasana menjadi teduh dan nyaman untuk bersepeda serta dapat mengurangi polusi asap dan debu dari kendaraan yang lain.
- Bagi calon pengguna sepeda, perlu disosialisasikan tentang keamanan berkendara, termasuk menggunakan helm pengaman.
Nah, semoga program ini bukan sekedar program “mercu suar” belaka dan dapat mempertimbangkan “sustainabilitas” atau keberlangsungan program di masa akan datang, juga mempertimbangkan kondisi nyata di sekitar kita semua.
oh iya pak khalid, khususnya unt di kota besar, mungkin bisa juga berkolaborasi dg komunitas pekerja bersepeda yang sudah ada, saya yakin mereka tdk berkeberatan rombongannya (kalo ndak salah mereka biasa berangkat beramai2) “dititipi” anak sekolah, kan enak tuh selama perjalanan ada orang dewasa yang ikut menjaga.
mereka juga bisa memberikan tips dan triknya bersepeda di keruwetan lalu lintas ibukota.
ide bapa sangat bagus, tapi utamakan fakir miskin pak…
dan juga kalau sering berolaraga membuat otak jadi encer…
jadi biar lebih keren pak kasih nama BLUS aja (Bantuan LanagsUng ke Sekolah)…..
makasih pak …
maaf kalau ada salah ucap ….
@Om Dheche, bener sih om, asal anak sekolahnya mau saja berangkat pagi-pagi, karena kebanyakan pekerja tersebut berangkat subuh dari tempat mereka. Atau kalau pedagang pasar, biasanya malah sebelum subuh sudah berangkat karena membawa sayur mayur utk dijual pada pagi hari
@herman, Insya Allah memang akan sangat berguna bagi kaum miskin, sehingga mempermudah mereka untuk mengatasi masalah BBM. Klu BLUS nanti diplesetkan ke “BULUS” wah, bisa2 dianggap Akal BULUS 😀
Dari SD s/d SMA saya selalu bersepeda dengan kejauhan kurang lebih 7 km Pulang Pergi. Bersepeda sebenarnya memang baik sekali. Khusus kota makassar juga sudah mulai penuh dengan kendaraan roda dua dan empat yang membuat ruas jalan sdh mulai penuh. Bahkan ada seorang anak mahasiswa D3TKJ saya naik sepeda ke proviser jaraknya 10 km setiap hari PP…katanya lumayan bikin meletus betisnya.
sy juga pakai sepeda dari SMP – STM 10km tapi waktu itu emang masih musim (dan motor emang dak punya), tapi apa anak sekarang masih mau? dari sekolahnya juga yang harus buat aturan kalok siswa dilarang pakai motor ke sekolah (di NTB banyak sekolah yg buat aturan itu), dan sy yakin utk masalah bbm anak sekolah tidak pernah mikir sebab tinggal minta ortunya tapi yang paling penting adalah menghindari kebut-kebutan, kalok alasannya itu sy yakin para ortu akan sangat mendukung.
Aku selalu bersangka baik dengan ide-ide cemerlang pemerintah, termasuk program SUS. Aku berharap program ini bisa terealisir, terutama untuk sekolah-sekolah yang jauh dari layanan transportasi umum. Persoalannya, program ini sering tidak mulus sampai tujuan karena ulah oknum-oknum yang bekerja di lapangan. Misalnya, kualitas sepeda yang ditargetkan tidak sesuai dengan sepeda yang dibeli dan diberikan kepada calon penerimanya.
Jika program ini jalan, kita harus mengawalnya.
Tabik!
lebih banyak orang berhasil sekolahnya yang dulunya menggunakan sepeda ke sekolah dibanding yang naik kendaraan bermotor dan mobil,
Saya teringat kata2 kakek “Kendaraan bermotor itu adalah politik halusnya jepang untuk membunuh kita secara pelan2”,….he….he….