Semalam, bersama 8 orang teman se-kontrakan, yang semuanya dari Biro PKLN, saya menuju ke Pondok Indah Mall (PIM) 1 untuk sedikit beristirahat dari kepenatan rutinitas kerjaan.
Setelah sebelumnya memilih melalui internet di web site cineplex, akhirnya semua setuju untuk memilih tontonan berjudul “CJ7” ini, berhubung semua menginginkan rilex yang berujung kepada pemilihan film komedi 🙂
Berangkat dari kontrakan pukul 10.30 WIB, sebagian memakai sepatu (kayak mau dugem aja …), sebagian lagi dengan cuek memakai sendal (untung bukan sedal jepit dari plastik…), dengan cuaca cukup cerah, berhimpitan di dalam si “iin” (Inova…istilah si Rambo untuk mobil ini…)
Sayang setiba di 21, sebagian besar kursi dari depan hingga belakang telah terisi penuh, yang tersisa hanya deretan terdepan atau 2 baris di sebelah kiri namun 4 baris dari depan. Karena memikirkan “kesehatan” leher dan mata, akhirnya kami memilih sisi kiri, walaupun nantinya untuk menonton terpaksa harus sedikit menoleh ke kanan.
Dengan berbekal “popcorn” dan “green tea” seorang satu, kami memasuki pintu studio satu.. (pintu studio 1 telah terbuka, para penumpang yang telah memiliki karcis dipersilakan untuk memasuki ruang studio satu…)
Eng…ing…eng….akhirnya film-pun dimulai…
Adegan dimulai dengan sebuah sepatu “butut” yang sedang dijahit dan adegan seorang anak kecil memakai sepatu butut tersebut, baju yang “putih kekuning-kuningan” dan celana yang warnanya tidak jelas, yang sedang memasuki sebuah sekolah “mentereng, mewah dan megah”
Akhirnya diketahui, bahwa anak kecil itu adalah putra seorang buruh yang amat miskin (diperankan oleh stephen chow), yang memang berupaya agar anaknya dapat lebih baik dibandingkan dengan dirinya, dengan cara berupaya memasukkan anaknya ke sekolah yang megah walaupun untuk itu dia harus kelaparan dan bekerja siang dan malam.
Karena perbedaan status dengan anak lain di sekolah itulah, banyak terlihat kelucuan-kelucuan disepanjang film ini. Dimana disela-sela komedi yang dipertontonkan, diselipkan beberapa pesan moral.
Pesan moral yang sering diulang adalah, walaupun miskin namun tetap harus menjaga integritas, tidak boleh mencuri, tidak boleh meminta-minta dan tetap menjaga harga diri.”
CJ7 muncul pada sepertiga film, dimana nama ini diberikan oleh anak tersebut kepada seorang (atau seekor ?) alien berupa anak anjing luar angkasa yang ditemukan oleh bapaknya di tengah-tengah tumpukan barang bekas.
Mengapa bernama CJ7 ? Karena saat itu dia ingin sekali mainan CJ1 yang sedang tren disekolahnya dan sering dipamerkan oleh teman kelasnya yang sangat kaya. Dimana mainan tersebut jelas tidak terbeli oleh seorang buruh.
Bersama dengan CJ7 inilah dia mulai melakukan beberapa petualangan kecil dengan lingkungan rumah dan sekolah.
Cukup menggemaskan juga si CJ7 ini. Sikap dan tingkahnya yang amat mirip anjing kecil cukup membuat orang terpingkal-pingkal sepanjang pertunjukan.
Namun, tanpa disadari oleh kedua anak bapak tersebut, CJ7 rupanya memiliki kekuatan tersembunyi, berupa kemampuan untuk memperbaiki semua yang rusak melalui antena kecil di kepalanya. Namun, setiap menggunakan kekuatan ini, maka dirinya akan semakin lemah.
Dialog khas anak kecil dengan orang tuanya terjadi sepanjang film, yang memancing tawa dan memancing kesedihan.
Demi menyenangkan bapaknya, anak ini akhirnya berbohong mengenai nilai yang diperoleh sewaktu ujian sekolah, yang akhirnya setelah ketahuan justru memukul perasaan buruh tersebut.Dalam kondisi emosi yang memuncak, sang anak akhirnya berjanji akan mencapai nilai minimal 60 dan apabila terpenuhi dia tidak membutuhkan bapaknya lagi dan akan berusaha sendiri tanpa dironrong oleh bapaknya.
Rupanya, janji tersebut menjadi kenyataan dengan cara yang lain. Saat sang anak mengikuti ujian dan memperoleh nilai 65, sang bapak meninggalkan anak tersebut melalui kecelakaan kerja. Dokter menyatakan buruh tersebut meninggal dunia.
Disinilah kesedihan mulai mencekam. Kesedihan khas seorang anak yang ditinggal orang tua satu-satunya dengan mencoba mengalihkan perasaan sedih dengan cara menangis sejadi-jadinya dan tidur. Dengan harapan, sewaktu bangun nanti, ayahnya telah berada di sisinya dan semua yang terjadi adalah mimpi… (penonton tidak ada yang bersuara sewaktu adegan ini, padahal sebelumnya semua terpingkal-pingkal…)
Namun, tanpa diketahui keduanya, CJ7 yang melihat kejadian itu, menggunakan seluruh kekuatan terakhirnya untuk menyembuhkan sang bapak.
Pada pagi hari, buruh tersebut telah tertidur di samping sang anak dan dengan heran anak tersebut melihat bapaknya telah berada di rumah padahal telah dinyatakan mati oleh dokter.
Disela-sela keheranan keduanya, CJ7 muncul diruang tersebut dengan kondisi amat lemah, dan akhirnya mati ditangan anak kecil itu, dan menjadi sebuah boneka…
Wah, film ini cukup lengkap namun ringan. Dan banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya, sehingga cukup pantas untuk dinikmati oleh anak-anak.
Satu pesan lain yang saya tangkap dari film ini, yaitu “Jangan mengerjakan dan mengatakan sesuatu yang nantinya akan disesali.” 🙂
Resensinya panjang … jelas sekali, thx 😀
makasih resensinya pak, kayanya bagus juga buat ditonton bareng2 di sini
😀
wuuiih…dari resensinya sepertinya bagus nich film…
nonton ah…
wah CJ7 dan CJ1 menginagtkan saya pada SSID sektoral 1 ICT center batola namanya
1C7 Center.wkakwakwkakwka apa hubungannya???
Yah nantilah di coba nonton kayaknya boleh juga,